Minggu, 19 Oktober 2008

Pindahkan Jadwal Sinetron, Dong..

Pada suatu suatu malam libur saya pulang ke rumah mendapati ruang keluarga kami ramai. Anak-anak laki usia SMP duduk ngobrol menekuri TV. Adik saya and the gank, seperti biasa. Mereka dilarang nongkrong di pinggir jalan oleh orangtua masing-masing, jadinya nongkrongnya di rumah kami. Kebetulan kami di rumah sudah terbiasa ramai banyak anak, jadi jarang merasa terganggu jika anak-anak suka berisik kadang-kadang. Selama tidak berbicara kotor atau kasar dan melakukan hal-hal yang aneh-aneh, terserahlah mereka itu mau gitaran kek, nonton DVD (filmnya dilihat dulu) dan main PS sampai pagi nginep-nginep betebaran dilantai kek, atau ngabisin makanan di kulkas kek, asal malam libur tentu saja. Kadang-kadang suka ada orangtua yang maunya marah-marah kalau anak-anak main ribut, tapi kami berpendapat selama berada di rumah, kongkow-kongkow mereka jauh lebih bisa diawasi dan dikontrol. Kalau marah-marah terus dan gak mau memberi ruang, nanti malah pada gak betah dirumah dan main di tempat lain yang gak jelas gimana hayooo…

Saya geli melihat acara TV yang sedang berlangsung di layar TV, ternyata itu sinetron. Tidak tahan, saya nyeletuk.

Seru banget ini. Malem liburan sekolah anak-anak muda kumpul-kumpul makan pisang rebus sambil nonton sinetron.. hehehe…

Mereka tersontak kaget, lalu malu-malu bilang, ‘seru kan kitaaaaa…’

‘Abis acaranya Cuma ada ini..’ seru adikku. Terusik rupanya jiwa laki-lakinya. Tapi dia benar.

Tepat saat ini saat saya menulis ini, malam kamis jam setengah lapan, di Space Toon stasiun TV anak sedang berlangsung acara pelajaran matematika setingkat kelas dua SD dengan bahasa inggris. Benar-benar detil penjelasannya dari cara, solusi, hingga membuat grafik sederhana. Acara dilanjutkan dengan dongeng untuk anak-anak. Karena saya lebih banyak tinggal serumah dengan rekan guru SD juga, kami jadi sering menonton acara anak-anak khususnya Space Toon. Menurut kami, acara stasiun TV anak ini bagus-bagus sekali. Bahkan iklannya pun bagus-bagus.

Saya memutar tombol TV (rekan serumah saya rada cemberut, lo lagi nulis apa lagi nonton seeh..jangan gangguin orang dong!)

O Channel, Fengsui for Life

Elshinta TV, documenter singkat tentang penarik sampan di pelabuhan

TPI, sinetron

TVRI, berita

Indosiar, sinetron

SCTV, sinetron

ANTV, sitcom

Trans7, award entah apaan tuh

DAAI TV, Orang cina ngomong tentang arti kasih

Trans TV, akhirnya datang juga

RCTI, sinetron

Metro TV, Berita

Pada saat liburan sekolah, beberapa hari saya di rumah seharian menyantroni acara TV. Saya menemukan acara yang cukup bagus. Ada pelajaran bahasa Indonesia dan pelajaran lain di TVRI dan film-film documenter. Itu semua diputar pada pagi hari sekitar pukul 10 sampai 12 siang. Jam setengah satu di trans7 adalah jadwal acara baik sekali bagi anak-anak. Dimulai dari Si Bolang, lalu Surat Sahabat, Jalan Sesama, Laptop si Unyil dan cita-citaku. Kemudian saya kira jelajah atau jejak petualang. Metro TV jadwal film documenter dimulai jam setengah dua siang. Ini adalah acara-acara yang membuat adik saya usia SMP dan kakak-kakaknya melotot menekuri TV dengan senang. Tapi sayang, kami bisa menonton ini semua hanya karena libur sekolah. Hari biasa, tidak dapat tentu karena justru jam-jam ini anak-anak masih di sekolah. Tapi saat libur pun tidak semua anak bisa menikmati ini.

Kemarin nonton si Bolang gak? Seru sekali, anak-anak Sulawesi suka nyari tikus di sawah lalu dibakar dan dimakan.

‘Gak nonton bu.. aku sebenernya suka si Bolang, tapi mamaku mau nonton Ceriwis sih..’

Lebih mementingkan dirinya sendiri daripada perkembangan anaknya. Lebih rela anaknya menonton segerombol orang becanda gak jelas dan kadang nyerempet kasar dan menghina perempuan dengan berdandan bencong yang dikata-katain dan menganggap itu lucu?

Seorang kawan bercerita bahwa kakak iparnya dan anaknya sering bertengkar berebut acara TV. Sang anak mau nonton Space Toon sementara kakak iparnya ingin nonton sinetron. Akhirnya, channel Space Toon itu dihilangkan permanen dari TV mereka. Agar tidak terganggu lagi.

Bagaimana sore hari, saat anak-anak sudah pulang sekolah. Sudah mandi bersih dan santai di depan TV?

Harus diakui, saya kurang ngeh acara TV sore. Tapi kadang saya suka iseng nengok, acaranya berita criminal, sinetron, reality show yang jelas lebay (apalagi itu termehek-mehek lebay banget!!) dan gossip selebriti.

Loh kemana itu acara bagus-bagus? Ilang semua?

Habis maghrib sampai agak malam TV penuh sinetron. Untuk beberapa channel seperti SCTV malahan saya lihat sampai jauh malam terus saja sinetron. Trans TV acara lucu-lucuan ekstravaganza yang menurut saya sama sekali jongkok kualitasnya. Hanya bikin ketawa. Terkadang yang paling saya benci adalah kenapa pelecehan justru dianggap lucu? Saya tidak suka dengan anggota ekstravaganza laki-laki yang sering berdandan perempuan namun menurut saya menjadikan dirinya sendiri bahan tertawaan yang menyerempet pelecehan. Beberapa kali anak-anak laki saya meniru-niru keperempuan-perempuanan hanya untuk diketawain kawan-kawannya. Ini membuat saya marah sekali. Saya tidak tahu apakah ini kekhawatiran yang berlebihan mungkin saja, namun menurut saya ini semua bisa berkembang menjadi suatu nilai tertentu dalam diri mereka. Bahwa perempuan dan sifat-sifatnya yang khas adalah objek pelecehan.

Saya tidak mau mereka seperti itu.

TV one dan Metro TV mungkin adalah dua channel yang hampir bersih dari sinetron, tapi jadwal acara mereka pada jam 7 malam sampai jam 10 dipenuhi acara-acara berita dan perbincangan politik. Sekalinya ada yang ringan, mungkin Republik Mimpi. Itupun sudah tidak lucu lagi dan terlalu banyak mengkritik sana sini tanpa solusi. Inikah acara untuk anak-anak? Sumpah kalau saya punya anak, saya larang dia menonton acara parody politik ini. Saya tidak mau anak saya tumbuh dengan rasa kebencian terhadap pemerintah dan kekecewaan kepada negaranya sendiri.

Bagaimana pada hari sabtu dan minggu?

Lucunya di hari libur yang indah itu di TV justru dari pagi sudah didominasi dengan acara sinetron panjang sampai siang hari.

Apakah acara TV kita bener-benar buruk?

Menurut saya tidak. Saya belum putus asa dengan dunia PerTVan kita walaupun banyak yang sudah. Hanya beberapa stasiun yang konsisten menayangkan acara-acara tidak beguna seperti Televisi PENDIDIKAN Indonesia salah satunya.

Lalu kenapa masyarakat khususnya anak-anak remaja begitu tergila-gila dengan sinetron?

Jelaskan? Karena sinetron dipasang tepat pada saat-saat orang nonton TV. Ini adalah lingkaran setan, sinetron digemari karena orang terbiasa saat menyetel TV yang tersedia adalah sinetron. Dan sinetron dipasang pada jam premimum konon katanya ratingnya tinggi. Tapi rating tinggi juga karena masyarakat tidak diberi pilihan yang lebih baik.

Apakah masyarakat begitu bodohnya hingga tidak mau menonton acara berkualitas?

Menurut saya tidak juga. Tapi tidak semua masyarakat bisa tahan menonton dialog politik, ekonomi, social dan pembahasan sejarah yang serius di TV. Kita ingat saat Ramadhan, terdapat sinetron berjudul Para Pencari Tuhan yang mendapat tanggapan luarbiasa oleh masyarakat. Padahal sinetron PPT tersebut tidak memasang artis-artis cantik atau mengumbar kekayaan. Kita lihat, saat ada pilihan yang lebih baik, masyarakat dengan segera beralih. Di bioskop Indonesia terus berputar film-film yang bertema setan, sex, atau drama sinetron panjang, tapi begitu Laskar Pelangi keluar, toh penontonnya membludak. Apakah yang menonton Laskar pelangi adalah kalangan tertentu pembaca buku? Tidak. Ibu-ibu rumah tangga pun heboh menonton film tersebut ramai-ramai . Saat diberi pilihan yang lebih baik, orang dengan segera beralih.

Saya berpendapat, acara TV kita sudah lebih baik daripada beberapa tahun yang lalu. Tentu dibanding jaman tahun 80-an mungkin masih kurang. Dulu walau stasiun kita Cuma satu, tapi ada acara-acara seperti ACI atau Rumah Masa Depan atau cerdas cermat klopencapir yang nampaknya cukup diminati. Tapi sayang, alokasi waktunya masih kurang tepat. Atau bisa saya katakan, sama sekali kurang tepat. Masih lebih berpikir komersil saja. Memang untuk beberapa kalangan bisa saja menolak TV local dan mengambil acara-acara luar dari indivision, sekali lagi, untuk beberapa kalangan tertentu. Bagi sebagian terbesar masyarakat kita tentu, indovision adalah suatu kemewahan yang tidak terjangkau. Bayar 200 ribu perbulan keluarga saya juga mikir-mikir dulu, dan yang terbayang adalah:

Bayaran sekolah

Bayaran kuliah

Bayar les-les

Anggaran buku-buku sekolah dan kuliah plus plus plus (fotokopi, biaya print makalah de el el)

Ongkos sekolah, ongkos kuliah, uang jajan dan makan siang

Tagihan listrik, telpon plus speedy

Uang makan dan gas

Anggaran obat dan dokter

Bensin dan biaya perawatan kendaraan

Yah..mana kepikiran deh…

Sampai saat ini mungkin yang terpikir adalah jikalau.

Jikalau beberapa stasiun TV yang sudah mulai membuat acara yang bagus-bagus mau lebih banyak berkorban menyediakan beberapa malam khusus untuk acara-acara yang baik dan tidak memikirkan komersial.

Jikalau pemerintah mau tegas (mungkin gak apa sedikit sewenang-wenang) untuk melarang acara-acara ngaco macam 4 mata tayang terlalu sore dan mewajibkan jam 7 sampai jam 10 malam acara khusus edukasi.

Jikalau orang-orang mau mendorong anak-anak mereka menonton acara yang lebih baik alih-alih mementingkan diri sendiri menonton acara tidak berguna dan membuat anak mereka jadi terbiasa dengan itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar