Senin, 31 Mei 2010

mansturbasi hibernasi

Ini dialog ala Nguping Jakarta


Saya dan Eni masuk ruang guru. Sore. Kami baru saja ada kegiatan di sekolah tetangga.


Saya: (duduk dan ngegeletakin kepala di meja saja)


Eni: (geret kursi deket meja Bu IPA. Ngegerecokin Bu IPA yang lagi makan biskuit AKA ikutan ngunyah)


Bu IPA: Miss. AL kenapa?


Eni: Sakit.


Bu IPA kepada saya: Kenapa Miss AL? Layu gitu?


Saya: Gak enak badan..


Bu IPA: Yah, baru aja liburan. Emang kemana aja kamu pas liburan bisa ambruk gitu?


Saya: Cuma tidur doang.


Bu IPA: Masa, sih? Tidur aja? Tumben.


Saya: Iya, demam. Tiga hari hampir terus tidur aja.



Bu IPA: Waduh, seru juga tiga hari mansturbasi gitu.


Saya: Iya….


………….. (hening) (semuanya baru ngeh)….


Eni: Maksudmu hibernasi?!


Bu IPA: Huakaha… Iya, hibernasi!


Huakhakhakha…

Minggu, 30 Mei 2010

Flash Forward

Saya adalah salah satu orang yang merasa sedih dengan dibatalkannya serial Flashforward oleh ABC untuk season selanjutnya. Alasannya, rating yang terus memblesek turun dan semua promosi yang telah dilakukan oleh ABC ternyata tidak dapat mendongkrak naik.

Diangkat dari novel sains fiksi karangan Robert J. Sawyer, kisah diawali dengan terjadinya global blackout. Seluruh manusia di planet bumi mendadak hilang kesadaran selama 137 detik. Maka, apa yang terjadi? Chaos dimana-mana. Jutaan manusia dikabarkan tewas dalam event yang tak pernah disangka sebelumnya. Sepanjang 137 detik, seluruh pesawat yang sedang mengudara jatuh atau menabrak gedung dan tebing, kecelakaan lalu lintas terjadi di semua jalanan di seluruh dunia, para pasien yang sedang diopreasi atau dalam keadaan darurat meninggal dunia, semua orang yang sedang berada di air terbenam dan seterusnya. Namun, ternyata ini bukan hanya masalah kerepotan menghadapi chaos tersebut.

Selama 137 detik, sepanjang blackout, manusia dihadapkan pada flashforward. Kilasan masa depannya sendiri. Sebuah visi yang akan terjadi pada dirinya pada 6 bulan yang akan datang. Tapi tidak semua orang mengalaminya. Ada orang-orang yang sepanjang blackout hanya mengalami kegelapan total. Asumsi sementara adalah, bahwa orang-orang yang tidak memiliki flashforward ini kemungkinan akan meninggal dunia sebelum 6 bulan ke depan.

Kemudian, apa yang terjadi?

Saat menonton episode pilot, saya menyangka akan terjadi kejadian yang dramatis pada dunia. Pertama, hilangnya nyawa jutaan orang dalam waktu singkat yang kebanyakan tersentral pada beberapa tempat (di kota-kota dan belahan bumi yang sebagian besar penduduknya sedang aktif berkegiatan) mungkin akan mengakibatkan ketidakseimbangan. Belum lagi dampak psikologis yang pastinya akan dialami oleh banyak orang baik yang mengalami ’gelap total’ maupun yang mendapatkan flashforward. Saya membayangkan adanya histeria masa, atau kelompok-kelompok religius aneh. Tapi, ternyata saya hanya terlalu kemakan Mars Attack! aja, huehehe.. Serial ini memfokuskan kisah pada lingkup tertentu saja.

Sebuah tim dari FBI Los Angeles dibentuk untuk menyelidiki kasus blackout ini. Tugas mereka adalah untuk mencari tahu apa yang sesungguhnya terjadi, kenapa, dan apakah ada kemungkinan akan terjadi lagi. Tim ini dikepalai oleh Mark Benford. Benford berkontribusi secara unik karena dalam flashforwardnya, dia melihat dirinya sendiri sedang menyelidiki kasus dan kemudian mencoba merekonstruksinya berdasarkan ingatannya tersebut. Well, disinilah ketertarikan saya dimulai karena kita memasuki paradoks waktu!

Apa yang terjadi jika manusia dapat mengarungi waktu? Dalam perdebatannya, ada pendapat mengatakan bahwa jika manusia mencoba merubahnya, maka akan terdapat semesta-semesta paralel. Kemudian pendapat yang lain mengatakan bahwa tidak akan terjadi karena waktu adalah salah satu dari 4 materi pembentuk The Big Bang. Bagi manusia yang menyandarkan pada kepercayaan atas takdir, bahwa jikapun manusia, secara sengaja maupun tidak sengaja dapat mengarungi waktu, maka itu tidak akan mengubah apa yang sudah dituliskan. Maktub. Bagaimanapun tidak akan berubah.

Saya jadi teringat pada diskusi singkat mengenai pemikiran agama dengan beberapa kawan membahas takdir. Saat itu kita membahas beberapa dalil naqli berkaitan mengenai takdir yang kemudian menimbulkan perdebatan yang cukup hangat. Tidak disarankan untuk melakukan hal-hal semacam ini jika gak suka filsafat agama, euy!

Kembali ke flashforward, dan semua keantusiasan saya ambruk dengan satu jab singkat dari teman serumah saya: ini bukan masalah kembali, tapi apakah.

Weeeks, bener juga. Jadi sesungguhnya, lebih simple pertanyaannya. Apakah yang akan terjadi memang seperti itu, ataukah bisa meleset? Apakah bisa manusia merubah apa yang telah ditakdirkan untuknya?

Karena masa depan yang diperlihatkan ini hanya 6 bulan ke depan, maka kebanyakan manusia tidak melihat hal-hal signifikan yang terjadi. Seorang bartender misalnya, menyatakan bahwa yang dia lihat adalah dia duduk di tempat persis dia duduk saat blackout terjadi, dan berhadapan dengan orang-orang yang sama. Pelanggan-pelanggan tetapnya. Membosankan. Seperti flashforwardnya Stanford Wedeck, kepala FBI Los Angeles, yang melihat dirinya sendiri sedang duduk di toilet sambil membaca Koran.

Tapi bagi sebagian lagi, ini memberikan harapan baru.Bryce Varley misalnya, seorang dokter bedah, sahabat dari istri Mark Benford. Beberapa saat sebelum blackout, dia sedang bersiap untuk menembak dirinya sendiri. Ini dilakukan setelah menerima vonis bahwa dia menderita kangker, dan kemungkinan hidupnya singkat. Dia adalah seorang dokter, dan ayahnya penderita kangker. Dia tahu seberapa buruk apa yang akan harus dihadapinya nanti. Tepat saat Varley menarik pelatuk, blackout terjadi. Tembakannya meleset, dan dia melihat dirinya sendiri berada di suatu restoran berhadapan dengan seorang gadis jepang, dan dia jatuh cinta kepadanya. Saat bangun, dunia bagi Bryan Varley berubah. Dia tahu bahwa dia bukan hanya akan kuat menghadapi apa yang terjadi, namun juga akan mendapatkan hal yang membahagiakan dalam hidupnya. Dia tidak mau kehilangan moment itu. Hal yang sama terjadi pada Felicia Wedeck, istri Stanford Wedeck. Dalam flashforward, dia melihat dirinya sendiri sedang menidurkan seorang anak laki-laki yang memanggilnya ibu. Felicia tidak tahu siapa anak laki-laki tersebut, tapi saat terbangun, dia tahu bahwa dia sudah menyayanginya.

Bagi Aaron Stark dan Janis Hawk, apa yang mereka lihat dalam flashforward adalah hal yang membingungkan. Aaron Stark adalah sahabat Mark Benford. Seorang mantan alkoholik dan pensiunan tentara. Dalam flashforwardnya, dia melihat dirinya sendiri sedang berada di suatu tempat yang nampaknya seperti di timur tengah, duduk, dan merawat puterinya yang terluka parah. Masalahnya, puterinya ini dikabarkan telah terbunuh di Afganistan beberapa tahun yang lalu. Sementara itu Agen FBI Janis Hawk yang merupakan salah satu tim penyelidik flashforward menemukan dirinya sendiri hamil, di USG, dan seorang perempuan memberi tahu bahwa anaknya perempuan. Janis adalah seorang single dan seorang lesbian. Ini membuatnya bingung dan memilih untuk menjauh dari prospek hubungan asmara.

Agen FBI Demetri Noah, sahabat Janis Hawk, yang tidak memiliki flashforward mengalami naik dan turun secara emosional. Apakah ini berarti dia akan mati sebelum 6 bulan yang akan datang? Kalau iya, bagaimana dia akan mati? Bisakah dia mencegahnya? Sementara itu Zoey Andata, tunangan Demitri nampaknya mengalami flashforward yang sama sekali gak nyambung dengan dirinya. Zoey menyatakan bahwa dia melihat dirinya sedang di Hawai, dan sedang menikah dengan Demitri. Dan dia menyatakan bahwa dia melihat Demitri. Namun kemudian, setelah beberapa event dan ingatan yang lebih jelas, dia menyadari bahwa mungkin, dia tidak sedang menikah. Mungkin, dia melihat dirinya sendiri dalam upacara pemakaman.

Tidak semua flashforward yang dialami para tokoh itu bagus. Nicole Kirby, babysitter keluarga Benford menemukan dirinya sendiri sedang dibunuh pada flashforwardnya. Dia ditenggelamkan oleh seorang laki-laki yang tak dikenalnya, dan dia merasa bahwa dia layak untuk diperlakukan seperti itu. Sementara dr. Olivia Benford yang pada saat blackout sedang di meja operasi menemukan dirinya sedang di tempat tidur dengan seorang laki-laki yang bukan suaminya(laki2 yang bersama Olivia ini akan muncul sebagai Dr. Lloyd Simco, seorang ilmuwan fisika kuantum akan berkontribusi dalam penyelidikan). Ini membuat Olivia tertekan oleh perasaan bersalah, yang kemudian menempatkan rumah tangganya dalam keadaan krisis. Dan, apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan diri sendiri sedang menghadapi seseorang yang sedang menyampaikan berita bahwa ayah Anda sudah tewas?

Episode-episode pertama nampaknya setia dengan pernyataan bahwa apapun yang kita lakukan, tetap akan terjadi seperti itu. Walaupun sekuat tenaga kita berusaha menghindarinya. Namun kemudian, keputusan-keputusan yang diambil para tokoh nampaknya mulai berani, dan membuka petanyaan lebih besar, apa yang terjadi kemudian? Jika seseorang yang dalam flashforwardnya menemukan dirinya tanpa sengaja membunuh seseorang, lalu demi menyelamatkan orang yang tak dikenalnya itu, dia membunuh dirinya sendiri, dan berhasil. Apakah yang terjadi kemudian? Apakah dunia berubah? Karena pastilah perubahan-perubahan yang diambil ini akan memberikan kenyataan-kenyataan baru.

Future Shock, episode penutup dari serial ini memberikan pada kita jawaban dari pertanyaan ‘apakah akan seperti itu kenyataannya atau berubah’, tapi belum memberikan jawaban mengenai beberapa hal termasuk hal-hal yang paling penting. Atau paling tidak, semuanya terkesan dipaksakan. Mungkin wajar mengingat bahwa ABC sudah ketuk palu untuk tidak melanjutkan serial ini sementara pada awalnya, ini sudah dirancang sampai kepada season 5. Pokoknya bener-bener bikin melongo ‘hah?’ karena kok masih rada mengambang? Apalagi plotnya yang dari awal ngikutin gaya Lost banget yaitu kita disajikan potongan-potongan kisah tiap tokoh dengan bertahap dan pelan semakin mendalam. Jadinya sampai akhir yang terlalu cepat dari rencana, tidak dapat dikejar untuk terbuka semua. Atau, masih ada harapan flashforward akan tetap dilanjutkan baik itu oleh ABC atau diambil alih stasiun TV lain? Well, yang pasti, para penggemarnya masih berusaha untuk ’merayu’ pihak ABC untuk melanjutkan.

Rabu, 26 Mei 2010

Sabtu, 22 Mei 2010

Musuh Batman: Joker


The Joker , diciptakan oleh Jerry Robinson, Bill Finger dan Bob Kane.
“Sometimes I remember it one way, sometimes another… if I’m going to have a past, I prefer it to be multiple choice!”

Joker adalah seorang psiko-kriminal yang penuh dengan kekerasan. Dalam kisah Batman versi apapun, Joker selalu ada dan menyebabkan berbagai macam tragedi. Bahkan dalam kehidupan pribadi Batman.

Identitas Joker yang asli tidak pernah jelas, bahkan namanya tidak pernah terungkap. Joker sendiri sering kebingungan mengenai apa yang sebetulnya terjadi pada dirinya. Dalam Detective Comics#168, Joker dikenal sebagai Red Hood. Di kisah ini, dia adalah seorang ilmuwan yang mencoba mencuri dari perusahaan tempat dia bekerja. Kejar-kejaran dengan Batman, Joker jatuh ke dalam genangan sampah kimia yang mengelupas kulitnya, merusak rahang dan mengacaukan pikirannya.

The Killing Joke mengungkap bahwa Joker sesungguhnya adalah seorang teknisi di sebuah perusahaan kimia yang meninggalkan pekerjaannya untuk menjadi pelawak, impiannya yang sesungguhnya. Namun dia gagal dan jatuh melarat. Untuk menyuport istrinya yang sedang hamil, dia terpaksa mau diajak kerjasama oleh dua orang kriminal yang berencana merampok perusahaan tempatnya dulu pernah bekerja. Saat membantu dua kriminal itu, istri Joker di rumah mengalami kecelakaan yang menewaskannya bersama bayi yang sedang di kandungnya tersebut.

Joker dan dua kriminal segera tertangkap oleh petugas keamanan, lalu bekejar-kejaran dengan Batman yang segera tiba di tempat. Joker jatuh ke dalam genangan sampah kimia yang merusak tubuhnya. Tidak tahan dengan segala yang terjadi, Joker akhirnya kehilangan kewarasannya.

Kisah lain menyebutkan bahwa dia adalah seorang anggota gangster yang sadis yang bekerja pada sekelompok mafia di kota Gotham. Pada suatu hari, disiksa lalu kabur dan tanpa sengaja, tersiram cairan kimia yang merusak tubuhnya.

Joker adalah musuh terbesar Batman, korban-korbannya adalah siapapun, termasuk orangtua dan anak-anak. Dia adalah mesin pembunuh yang tidak pernah ragu menghabisi nyawa seseorang. Dalam Novel The Joker: Devil’s Advocate, terungkap bahwa Joker telah membunuh lebih dari 2000 orang, dan membuatnya mendapat hukuman mati ratusan kali. Namun dia selalu mendapat keringanan karena dianggap tidak waras.

Dalam banyak kisah, Batman berulang kali mendapat kesempatan untuk membunuh Joker, namun tidak pernah dilakukannya. Di lain pihak, Joker pun berulang kali mendapat kesempatan untuk membunuh Batman, yang jelas tidak akan dilakukannya. Joker pada akhirnya menjadi terobsesi untuk menjelma sebagai bayangan dari Batman, menikmati setiap duel, dan selalu berusaha meyakinkan Batman bahwa mereka berdua sesungguhnya sama. Sama-sama tidak waras.

Dalam Seri TV, Joker digambarkan sebagai seseorang yang tidak berhenti tertawa dan seorang kriminal yang super konyol. Dia mengacaukan kota dengan cara menghentikan suplai air bersih menjadi jelly yang lengket, memukul Batman sambil surfing, dan merampok bank sebagai kegiatan rutin yang menyenangkan. Dalam layar lebar Batman, Jack Nicholson memerankan Joker sebagai seorang anggota gangster yang narsis abis bernama Jack Napier yang terjatuh dalam cairan kimia saat berkelahi dengan Batman. Kerusakan wajahnya tambah parah saat dia terpaksa dioperasi plastik di sebuah klinik tidak jelas. Dia lalu mulai stress yang akhirnya membuatnya gila, lalu mulai mengejar-ngejar Batman. Pada akhir kisah diketahui bahwa Joker ternyata adalah salah seorang perampok yang membunuh orangtua Bruce Wayne.

Dalam film Batman yang terakhir, The Dark Knight, tokoh The Joker menjelma menjadi lebih realistis dan mengerikan. Joker yang tadinya digambarkan sebagai orang sinting super duper konyol, lalu gangster yang narsis kronis, sekarang menjelma menjadi seorang psikopat, pembunuh masal, dan penderita schizophrenia yang sama sekali tidak memiliki empati dan terobsesi pada Batman. Dia digambarkan sebagai orang yang mampu dan selalu berbuat semau-maunya tanpa merasa terbebani dengan apapun, dan berhasil menciptakan chaos di Gotham City. Dalam kisah Batman yang terakhir ini, Joker tidak menang namun juga tidak sepenuhnya kalah. Dia berhasil merubah seorang pahlawan jatuh dan menjadi seorang kriminal.

Joker adalah karakter unik yang susah dipahami. Heath Ledger, pemeran Joker dalam The Dark Knight, mengumpulkan seluruh kisah mengenai Joker yang ada, dalam usaha untuk memahami karakter. Dia bahkan mengurung dirinya sendiri dalam sebuah hotel selama sebulan, merasakan kesepian yang diderita oleh sang tokoh. Berusaha membangun kepribadian dan bahkan membuat diary yang mencatat pemikiran dan perasaan Joker. Nampaknya pada akhirnya memang Heath Ledger-lah yang berhasil memahami Joker dengan sangat baik. Joker bukan hanya orang kurang waras yang senang menciptakan chaos, namun dia sendiri pun adalah chaos. Seperti kata Ledger:

“There’s a bit of everything in him. There’s nothing that consistent,”

Kamis, 20 Mei 2010

Almost Alice

From the moment I fell down that rabbit hole,
I have been told what
I must do and who I must be.
I've been shrunk, stretched,
scratched and stuffed
into a teapot.
I've been accused of being Alice
and of not being Alice,
but this is my dream.
I'll decide where it goes from here!

Espektasi saya terlalu tinggi aja kayaknya untuk film ini makanya jadinya kecewa berlebihan. Maksud saya, Tim Burton. Sutradara fave saya nomor dua setelah M. Night Shyamalan. Yaaa, yaa... M. Night Shyamalan kan cuma keren di indera keenam dan desa! Terserah! Pokoknya saya suka M. Night Shyamalan!

Gak sabar nunggu Aang jadi orang..

Kembali ke Alice.

Begitu tau Tim Burton mau bikin film yang diangkat dari karya klasiknya profesor matematika yang kabarnya super kiler bin galak naujubile yaitu Charles Lutwidge Dodgson yang menyamar sebagai Lewis Carol itu, saya langsung nyengir selebar-lebarnya.

Pasti sama Abang Depp dan Mbak HBC. Ditungguuuu!!!!!

Beberapa saat sebelum nongol, langsung lemes sejadi-jadinya. Beuh!!! Gak nyontek dari karya asli tapi yang diceritain adalah si Alice balik lagi ke Wonderland setelah 13 tahun berlalu. Kecewanya sama kayak pas tahu setelah nunggu-nunggu bahwa Journey to the Center of the Earth yang jadi film itu bukannya adaptasi dari novelnya, si keren dan jagoan sains fiksi klasik Jules Verne.

Jadi males nonton.

Tapi nonton juga akhirnya.

Dan karena udah kecewa duluan maka selama nonton saya cuma 'ah' dan 'uh' aja. 'ah' 'uh', 'haaaaaaaaaa!!!!'... Sampe temen nonton saya suebel banget dan nekad tukeran kursi sama sebelahnya yang kebingungan tapi dengan alasan yang misterius, mau aja...

Najissss!!!!

Abis adegan pertamanya aja udah bikin semangat makin ambruk. Bapaknya Alice ngobrol dengan rekan bisnisnya dan bilang bahwa punya rencana ekspansi ke Bangkok dan Jakarta. Duileeeeeh.. Emangnya bapaknya si Alice itu diceritain bisa liat masa depan gitu ya kok tau kalo Batavia waktu itu bakalan berubah nama jadi Jakarta? Hebuat bener!!!

Trus Alice kecil nongol. Mimpi. Bapaknya nganter tidur. Saya membelalak sebab Alice pake make up! Waduh, jangan-jangan penata artistik, make up dan costum film ini orang Indonesia pekerja sinetron. Lahdahlah!

Make up pastilah dipake, tapi masa sih keliatan banget gitu? Anak kecil gitu, loh! Dan kalaupun he-eh jaman itu para gadis kecil udah pake make up, tapi gak sesuai dengan karakter Alice yang independen dan karakter bapaknya yang rada hobi ngedobrak budaya saat itu. Yeah, paling enggak, kontradiksi sama kehangatan si bapak yang merupakan gak lazim pada zaman victoria.

Saat ngobrol sambil makan malam sama temen nonton, dia bilang acting Alice kaku banget! Gasuka gasuka.... Kurang ekspresif. Saya malah gak sependapat. Untuk masalah itu, saya kira, karakternya pas. Alice kan cewe yang hidup dalam kepalanya. Jadi tepuat, tuh! Yang bikin heran adalah saat si Alice kabur semerta-merta di tengah lamaran orang demi mengejar kelinci. Dia kan udah remaja. Bahkan bisa dibilang, untuk ukuran saat itu, dewasa! Maka mengherankan banget tau-tau bisa ngacir gitu aja. Dia pemberontak, di dalam dirinya.

Kecuali kalau dia anak kecil.

Nah, nah.. Kan. Jadi ribet. Lagian sih Alice-nya pake udah gede. Masih kecil aja kenapa, sih!

Gak pantes pula kan untuk orang segede itu dengan enaknya minum cairan yang dia gak tau hanya karena ada tulisan 'minum aku' dan makan kue dengan judul 'makan aku'. Paling tidak, harusnya begitu jatuh, dia gedor-gedor dinding, kek! Tereak-tereak, kek! Panik gitu!

Sebenernya sih dalam hal visualisasi wonderland-nya teteup...sesuai dengan reputasi Tim Burton. Daya imajinatif yang nyolot hingga merindingkan badan. Saya lebih suka visualisasinya Tim Burton daripada film sebelumnya yang ceria ceria ceria..!!! Beuh, gak kebayang kalau Wonderland nongol dari kepalanya Andrew Adamson... Nanti bahkan si Caterpillar pun nyanyi nari lagi...Ouch!

Karena biar bagaimanapun, ada suatu kengerian pada zaman Victoria..

Bicara tentang hening, mungkin inilah yang membuat saya selalu menunggu karya TB. Kita sebagai penikmat diberikan hela untuk perenungan ke dalam. Gak ada distraksi dari tokoh yang gak bisa berhenti bicara.

Saya bosan dengan Abang Depp disini. Mungkin karena yang dimainkannya bukan lagi sebuah kejutan. Sama aja kayak Willy Wonka. Udah gitu Anne Hathaway yang melambai lambai menyeramkan itu kok jadinya malah saya simpati sama The Red Queen-nya Mbak HBC. Well, emangnya si Ratu Merah ini karakter kisah ini yang paling nanceb bahkan lebih dari Alice kalo kata saya. Bahkan di film ini pun masih. Dan, HBC memerankannya pas banget! Sungguh meledakkan ekspektasi saya, namun tak sampai over! Saya tertawa terbahak-bahak tiap kali Ratu berteriak:

PENGGAL KEPALANYA!!!

Orang2: Ssst....

Ngomong masalah si Ratu ini kan katanya merupakan pengjawantahan dari Ratu Victoria. Mungkin itulah kenapa si penulis pake nama samaran segala. Ternyata kabarnya Ratu Victorianya sendiri fans-nya Lewis Carol dan bahkan sampe nulis surat minta dikirimin lagi karya lainnya. Si Prof yang bingung akhirnya ngirim Ratu Vic dengan buku lain yang ditulisnya yaitu teori matematika apalah gitu, hihi... Pakabar tuh ya!!

Eniwey, walaupun banyak kecewa dengan cerita, bukan visualisasi yang menurut saya tetep okeh banget, tapi paling tidak, saya mungkin ngerti kenapa Alice in Wonderland musti dipermak menjadi, seharusnya, Back to Wonderland. Kenapa?

Mungkin jawaban tiap orang itu beda.

Senin, 17 Mei 2010

Keran di Teras Rumah

Oh, plis jangan terlalu mengkerut kalo nampaknya terlalu kumel atau apa berhubung penghuni rumah ini preman semua. Gak ada yang hobi beberes. Lagian, bukan ngebahas kebersihan dan keapikan juga.

Keran di luar rumah. Itu hal yang wajar di lingkungan kami. Gak pelangggan PAM gak pengguna Jet Pump, hampir semuanya meletakkan minimal satu keran di luar rumah.

Fungsinya?

Banyak. Misalnya, untuk memudahkan nyiram tanaman atau nyuci kendaraan. Dan merupakan fungsi yang diterima adalah juga untuk menyediakan air bagi orang diluar rumah.

Untuk orang lewat yang mungkin sedang membutuhkan air. Mungkin untuk membilas atau mencuci sesuatu atau hanya mencuci muka.

Terkadang jika masjid kering airnya atau tanpa perlu ada alasan khusus, orang luar bisa saja berwudhu di keran-keran luar rumah itu.

Fungsi lain pula adalah untuk memudahkan penyaluran air ke rumah tetangga kalau misalnya butuh.

PAM kadang berhenti aliran airnya.

Listrik kita sering padam.

Jet Pump bisa terbakar dan rusak.

Maka, kalau PAM mati, tetangga yang pakai Jet Pump mempersilahkan selang-selang air menyedot air. Kalau mati listrik, gantian. Giliran pengguna Jet Pump yang menyedot air dari tetangga yang pake PAM.

Gak ada yang pernah nyenggol masalah bayar tagihan baik itu PAM maupun listrik. Semuanya gratis ikhlas. Bahkan, seringnya sibuk nawar-nawarin.

Gak perlu perhitungan sama tetangga. Kalau kita susah juga siapa lagi yang nolong kita, ya, gak? Maka, selagi kita bisa. Alhamdulillah, kita berada dalam keadaan tangan diatas saat ini. Itu pantas untuk disyukuri dan itu sudah cukup.

Maka agak mengernyit saat orang rame ngungsi ke hotel atau beli air isi ulang untuk kebutuhan saat PAM mati tempo hari itu

Kamis, 13 Mei 2010

perbedaan

Pernikahan sepupu saya berakhir sudah. Kata cerai terucap. Hubungan yang dulu pernah indah berakhir dengan tragis dengan perasaan benci satu sama lain.

Saya termangu... Bagi saya, mereka berdua tetap sama. Orang-orang yang saya sayangi. Salah satu kerabat yang terdekat. Dan sepupu laki-laki saya itu adalah keluarga yang hidupnya menginspirasi saya.

Ayahnya, kakak laki-laki ibu saya, meninggal dunia pada usia muda. Saat keluarganya sedang bahagia-bahagianya. Sakit mendadak lalu tak tertolong lagi. Meninggalkan 5 anak. Paling tua masih SMA yang paling muda baru belajar berjalan. Dari 5 anak ini, hanya sepupu saya yang sedang saya bicarakan ini sajalah, yang selanjutnya saya sebut saja dengan Firman, yang bisa survive dan menjadi sandaran seluruh anggota keluarganya.

Kakak yang paling pertama, putus sekolah lalu menikah. Firman kabur dari rumah karena malu ibunya menjadi istri simpenan dari seorang laki-laki yang gemar memukuli anak-anak tirinya. Anak ketiga hamil kecelakaan, lalu putus sekolah. Anak keempat kabur juga dari rumah ketika ayah tirinya memukulinya gara-gara bola yang ditendangnya memecahkan layar TV. Saat itulah, Firman yang sedang dalam pengembaraan akhirnya pulang ke rumah. Mencari adik keempat sekaligus menjaga adik kelima. Dia diingatkan tiba-tiba, bahwa tanggungjawabnyalah, sebagai anak laki-laki tertua, untuk menjaga seluruh keluarganya.

Waktu terus berjalan dan Firman melakukan apapun untuk memperbaiki keadaan.

Kisah cintanya terlarang, karena itu sempat stagnan sampai 10 tahun. Dua-dua pihak tidak mau terima. Kami yang merupakan keturunan pemuka agama susah menerima pernikahan lintas agama, sementara keluarga sang perempuan yang ilmuwan ogah bermenantukan seseorang yang hanya lulusan SMP saja.

Sepuluh tahun mereka menunggu kedua belah pihak sama-sama melunak, dan akhirnya, mau menerima. Itu dua tahun yang lalu.

Dan sekarang, kata cerai terucap.

Alasannya, perbedaan.

Saya termangu.

Take A Bow

And don’t tell me you’re sorry cuz you’re not
Baby when I know you’re only sorry you got caught
But you put on quite a show
You really had me going
But now it’s time to go
Curtain’s finally closing
That was quite a show
Very entertaining
But it’s over now

Senin, 10 Mei 2010

Pre Wedding

Setting: Di Ruang Guru

Saya: Gua mau izin ntar hari Jum'at

Rekan: Yee, semuanya juga pengennya izin tu hari. Kejepit bener..

Saya: Gua mau ke kota xxx.. Mumpung liburnya rada lamaan.

Rekan: Semua juga pengen berlibur itu hari kejepit.

Rekan: Gak bisa diundur napa. Dikit lagi juga libur rapotan..

Saya: Jadwalnya emang pas hari itu.

Rekan: Jadwal apaan?

Saya: Mo foto pre wedding..

Rekan: (melongo semua)

Saya: Yah sekalian liburan keluarga...

Rekan: (Melongo semua)

Rekan: (Pada nyelametin... Wih, AL mo nikah.. )

Saya: (Tercabik antara bingung sama mo ketawa ngakak)

Rekan-Rekan: (Tereak-tereak: WOI pengumuman!! AL mo nikah!!)

Pak Kepsek: Wah, Bu... Itu mah gak usah izin dulu udah saya izinin dah buat gak masup.. ALHAMDULILLAH!!! Ya Allah! Permisi semuanya, gua mo sujud syukur!

Saya: Ya Allah... Makanya dengerin dulu pada!! Iiiih, heran dah gua! Ini adek gua yang mo kawin.. Yang pre wedding juga adek gue. Kebetulan aja kita blum pernah liburan ke sono, trus waktunya pas lagi. Jadinya kita sekeluarga pada mo sekalian menghabiskan weekend.

Rekan: Apapun katamu, Miss AL. Pokoknya kita kasih selamat aja.

Rekan: Dan sujud syukur..

Rekan: Kita doakan deh itu memberimu inspirasi untuk menyusul, Miss. Amin...

Rekan dan Pak Kepsek: Amin ya robbal alamin

Heekkkk!!





Sabtu, 08 Mei 2010

left behind

Membakar sampai tak bersisa lagi...

Beberapa hal mungkin sebaiknya ditinggalkan saja tanpa sisa.


Mungkin suatu hari nanti saya akan menyesali ini. Mungkin..

Selasa, 04 Mei 2010

Jernihkan Pikiran

Salah satu keuntungan yang di dapat jika kita menulis adalah untuk dapat melihat dari sisi yang lain.

Baru saja, saya menulis di Buku Harian. Tentang apa yang menyumpeki kepala beberapa hari ini. Lalu, begitulah. Saya mulai melihat keseluruhan cerita, dari sisi-sisi yang belum saya lihat sebelumnya.

Senin, 03 Mei 2010

hape di penggorengan

Saya tidak bermaksud menulis baik, hanya menulis saja. Sesuatu yang merupakan kelangkaan akhir-akhir ini.

Lebih dari tiga minggu rasanya ngetril. Entah bagaimana, kok segala-galanya bisa kena deadline pada saat yang hampir bersamaan. Gila-gilaan. Pertama kalinya saya merasakan mati kutu berhadapan dengan keyboard karena gak bisa mengeluarkan apa-apa. Otak saya diperah, di pelintir habis-habisan untuk pekerjaan-pekerjaan saya. Hingga ketemu keyboard, kepala langsung soakit. Dan yang teringat adalah teori anu dan ono pendapat si enoh lalu data-data.

Ditambah dengan kelas yang harus terus berjalan. Baik itu yang formal maupun tidak formal, maka ketika ritual malam (eh dini hari) saat saya beranjak tidur dan mulai akan menulis tentang hari ini apa yang terjadi, tau-taulah terlonjak kaget karenaaaa....

Jreng-Jreng!!!!

Ya ampun! Lesson Plan untuk besok belum saya buat. Bahkan, saya belum belajar untuk pelajaran besok!!!

GEDUBRAK!!!!

Jadilah saya bikin Lesson Plan...sigh...

Teringat kata tetangga saya. 'Ribet deh jadi guru..' katanya. Dan jangan bahayangkan dia seumuran dengan saya atau di bawah saya, yah. Dia itu temennya ibu saya. Seorang guru SDN setempat.

'Jadi guru itu, yah..' lanjut dia. 'Ngurusin orang juga, gurusin kertas juga....'

ENIHEI, besok anak-anak saya akan menghadapi UASBN. Jadi malam ini saya deg-deg-gan. Khawatir bener! Yah, namanya juga ibu, sepinter-pinternya anaknya, kalo mau ujian yang apalagi udah di horor-hororin begini, pastilah ketakutan. Masalah persiapan sih, udah semaksimal mungkin. Sampe kesian deh pasti liatnya. Tapi kan tetep aja ngeri. Misalnya Arif. Dia cerdas, dan kami yakin dapat menguasai. Tapi anaknya kan gugupan banget. Kalo udah gugup suka bengong. Duuuh, khawatir banget sama tuh anak. Udah gitu Safira, William, dan Adi yang gak bisa ditahan petakilannya. Khawatirnya nanti mereka bikin gemes dan marah guru pengawas yang notabene kita dapetnya adalah guru SD Negeri yang biasa anaknya diam semua ituuu....

Ngeri aja kalo mereka kena masalah seperti dikeluarkan dari ruang ujian.

Karena beneran deh, akhir-akhir ini anak-anak kelas 6 rasanya menguji batas kesabaran kita semua. Gak afdol kayaknya kalo gak dimarahin sehari aja. Gak tau kenapa. Kami kira, mereka sudah sampai pada tahap sedikit kelelahan. Itulah kenapa sepanjang dua minggu ini atau selepas Ulangan Umum kelas 6, gak lagi ada tambahan belajar dan bahkan nyaris gak ada guru yang ngebahas UASBN dengan gaya yang menakutkan. Biar mereka rada santailah dikit.

Kesian, bok!

Tapi kata Kirsan sih, mungkin mereka hanya sedih dengan kenyataan bahwa mereka harus akan meninggalkan sekolah ini.

Tapi selain itu, mereka baik-baik saja.

Kelas lima juga baik-baik saja.

Beberapa hari yang lalu kami mendapat kunjungan dari sebuah lembaga pendidikan anak. Sebenernya, hanya sedikit observasi di kelas saja. Sang ibu mengatakan kepada saya bahwa dia terkesan dengan anak-anak saya yang begitu suportif satu sama lain. Tergambar di kelas saya, gak ada anak pintar atau bodoh, tapi adalah anak yang lebih menguasai bidang ini, atau bidang yang itu. Beliau rada terharu dengan semangat kerjasama dan keinginan untuk saling membantu, tanpa harus disuruh. Well, kata-kata sang ibu sedikit membuat saya merasa ada balon yang menghembus melambungkan saya ke langit.

Itu yang saya bayangkan tentang kelas. Bukan yang ada beberapa anak pinter lari sendirian sementara yang lain keseret atau dilecehkan, tapi kita bisa maju sama-sama. Saling memahami sama-sama. Saling mengisi kekurangan masing-masing, dan membantu untuk menghadapinya. kelas kan miniatur hidup, bukan? Makanya saya gak gitu setuju tuh dengan adanya kelas akselerasi. Saya lebih menghargai anak dengan kecakapan sosial yang jempolan daripada lulus cepet dengan nilai bagus, trimakasih!

Okeh, untuk yang baca dan mikir dalam hati ini tulisan apa juntrungannya kok ngawur kemana-mana? Well, maaf-maaf. Saya ka sedang tidakingin menulis baik. Cuma sekedar ngetik aja apa yang terlintas, heheh...

Karena judul dan fotonya adalah HP yang ditaruh diatas penggorengan, maka ini pejelasannya.

Saya memutuskan hubungan dengan speedy. Alasan kepraktisan dan alasan gak mau rugi aja, heheh... Ribet, men! Kalo mo online musti bawa-bawa laptop deket sama kabelnya. Udah gitu, saya langganan di rumah ortu, tapi jarang pulang. Padahal pake yang unlimited. Di rumah juga jarang dipake kecuali adik-adik yang ngecek facebook. Maka saya gantilah dengan smart.

Karena masih gak yakin tadinya, maka beberapa hari yang lalu saya beli HP modem yang paling murah dulu. Yah selain itu emang budgetnya juga segitu doang, heheh... Ternyata memang mudah koneksinya, murah (gratisan 3 bulan, hihi..), lumayan cepet kalo sekedar browsing. Kalo download film sih, bisa nangis nungguinnya. Tapi itudi Jakarta. Gimana kalo disini?

Gak disangka, disini malah lebih bagus. Mungkin karena masih jarang yang pake jadi belum gitu berebutan sinyal, heheh...

Seseorang ngajarin untuk meletakkan HP modem di panci kecil. Bisa menstabilkan sinyal, katanya. Karena jadi berantem dengan si Eni yang gak rela pancinya dipake buat bahan percobaan, maka saya pake aja penggorengan yang emang gak pernah dipake ntu. Sebenernya, saya juga gak tau sih dan gak ngecek juga apakah emang lebih cepet atau sama aja, tapi gak tautuh jadinya tuh penggorengan gak mingser-mingser dari sisi kiri laptop saya, hihi...








Minggu, 02 Mei 2010

Mike Teavee

The most important thing we've learned,
So far as children are concerned,
Is never, NEVER, NEVER let
Them near your television set --
Or better still, just don't install
The idiotic thing at all.

In almost every house we've been,
We've watched them gaping at the screen.
They loll and slop and lounge about,
And stare until their eyes pop out.

(Last week in someone's place we saw
A dozen eyeballs on the floor.)
They sit and stare and stare and sit
Until they're hypnotised by it,
Until they're absolutely drunk
With all that shocking ghastly junk.

Oh yes, we know it keeps them still,
They don't climb out the window sill,
They never fight or kick or punch,
They leave you free to cook the lunch
And wash the dishes in the sink --
But did you ever stop to think,
To wonder just exactly what
This does to your beloved tot?

IT ROTS THE SENSE IN THE HEAD!
IT KILLS IMAGINATION DEAD!
IT CLOGS AND CLUTTERS UP THE MIND!
IT MAKES A CHILD SO DULL AND BLIND
HE CAN NO LONGER UNDERSTAND
A FANTASY, A FAIRYLAND!

HIS BRAIN BECOMES AS SOFT AS CHEESE!
HIS POWERS OF THINKING RUST AND FREEZE!
HE CANNOT THINK -- HE ONLY SEES!

'All right!' you'll cry. 'All right!' you'll say,
'But if we take the set away,
What shall we do to entertain
Our darling children? Please explain!'

We'll answer this by asking you,
'What used the darling ones to do?
'How used they keep themselves contented
Before this monster was invented?'
Have you forgotten? Don't you know?
We'll say it very loud and slow:
THEY ... USED ... TO ... READ! They'd READ and READ,
AND READ and READ, and then proceed
To READ some more. Great Scott! Gadzooks!

One half their lives was reading books!
The nursery shelves held books galore!
Books cluttered up the nursery floor!
And in the bedroom, by the bed,
More books were waiting to be read!
Such wondrous, fine, fantastic tales
Of dragons, gypsies, queens, and whales
And treasure isles, and distant shores
Where smugglers rowed with muffled oars,
And pirates wearing purple pants,
And sailing ships and elephants,
And cannibals crouching 'round the pot,
Stirring away at something hot.
(It smells so good, what can it be?
Good gracious, it's Penelope.)

The younger ones had Beatrix Potter
With Mr. Tod, the dirty rotter,
And Squirrel Nutkin, Pigling Bland,
And Mrs. Tiggy-Winkle and-
Just How The Camel Got His Hump,
And How the Monkey Lost His Rump,
And Mr. Toad, and bless my soul,
There's Mr. Rat and Mr. Mole-
Oh, books, what books they used to know,
Those children living long ago!

So please, oh please, we beg, we pray,
Go throw your TV set away,
And in its place you can install
A lovely bookshelf on the wall.
Then fill the shelves with lots of books,
Ignoring all the dirty looks,
The screams and yells, the bites and kicks,
And children hitting you with sticks-
Fear not, because we promise you
That, in about a week or two
Of having nothing else to do,
They'll now begin to feel the need
Of having something to read.

And once they start -- oh boy, oh boy!
You watch the slowly growing joy
That fills their hearts. They'll grow so keen
They'll wonder what they'd ever seen
In that ridiculous machine,
That nauseating, foul, unclean,
Repulsive television screen!

And later, each and every kid
Will love you more for what you did.