Jumat, 02 April 2010

tiga jam untuk delapan bulan

tadinya, saat segalanya berakhir, saya merasakan kelegaan besar. Kami semua. Tapi saat melihat babeh memeluk U yang tercenung menyaksikan istrinya terkapar dengan meringis menahan perih di dadanya, saya mendadak sadar betapa banyak yang harus kita bayar untuk ini yang tidak jelas apakah telah selesai atau tidak.

Eni gak bicara sampai besok, dan pergi tanpa kata. Saya gak tau apa yang ada dipikirannya apakah menyesal atau hanya bingung. Yang saya tahu, dia nyaris tidak menutup matanya sepanjang malam hanya tergeletak begitu saja disebelah saya, lalu setelah tengah malam lewat, dia duduk lalu melangkah kaki ke amar mandi. Shalat tahajud, membaca qur'an. Suaranya yang jernih menidurkan saya yang terbangun menemukannya sudah pergi entah kemana. Hanya secarik kertas bahwa dia pergi, nanti kembali pada hari minggu, atau senin pagi.

Saya masih merasa lega... Dan apapun yang sudah terserak, gausah diingat lagi gak usah pernah diingat lagi. Mari kita anggap mimpi buruk yang sudah berakhir...saya harap. Gak usah dipungut lagi remah dan pecahan puingnya.

Kemudian, saya menangis. Sampai tiga jam. Dari hanya lelehan sampai rasanya histeria. Untung sndirian jadi gak malu. Saya menangis sambil berdiri, duduk, jongkok, telentang, tengkurep, lalu terduduk di pojok kamar sana. Wajah A terbayang, lalu saya menangis lagi... Lama. Sampai capek sampai saya sendiri merasa heran kenapa gak bisa berhenti nangis.

Saya menangis bukan untuk kejadian tadi malam, tapi untuk 8 bulan panjang ini. Bukan untuk anak-anak saya, atau rekan-rekan saya, tapi untuk diri saya sendiri. Saya menangisi diri sendiri. Rasanya malu juga.

Bayangan wajah seseorang menghentian tangis saya, sungguh tak terduga, D.

Mungkin sebaiknya saya tidak melupakan apa yang terjadi semalam saat cermin diri kita pecah berkeping-keping.

Setelah menangis yang lama itu yang nampaknya justru malah menghabiskan rasa lega yang sempat saya rasakan untuk sementara, saya pun menuju ke kamar mandi. Wudhu dan shalat. Ini jam 11 maka saya gak tau juga apakah shalat dhuha masih bisa diterima? Tapi saya hanya ingin mengadu kepadaMu Ya Allah. Saya hanya ingin meletakan kepala saya ini ke pangkuanMu..

Ya Allah, sesungguhnya aku hanya hambaMu, anak dari hambaMu, nasibku ada di tanganMu, telah lalu hukumMu atasku, adil ketetapanMu atasku, aku mohon kepadaMu dengan perantara semua nama milikMu yang Engkau namakan sendiri, atau Engkau turunkan dalam kitabMu, atau Engkau ajarkan seseorang dari hambaMu, atau Engkau rahsiakan dalam ilmu ghaib disisiMu. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai penawar hatiku, cahaya dalam dadaku, penghapus dukaku dan pengusir keluh kesahku.


2 komentar:

  1. allahumma la sahla illa ma ja'altahu sahla wa anta taj'alul hujna iza si'ta sahla

    Have nive weekend :)

    BalasHapus
  2. bu al,
    bertahanlah =)

    -tweet

    BalasHapus