Kamis, 01 April 2010

Perjodohan yang Gagal dan Kisah Cinta

Kemarin, cukup fenomenal. Sebab kita membicarakan apa yang paling jarang kita bicarakan yaitu laki. Bukan laki biasa tentu, tapi cerita cinta.

Ya, yaaaa, kita berdua adalah dua cewek kutubuku kutufilm kutugame yang, tentu saja, laki dan perasaan adalah opsi terakhir yang keluar ke pembicaraan. Ngomogin cinta-cintaan, plis deh! Kayak gak ada bahan lain yang lebih okey saja buat diceritakan, ya, gak?

Tentunya ada stimulus. Yang tiada lain tiada bukan adalah emaknya Eni!

Bayangin, kita bertiga tiduran diatas tempat tidur, ngobroool ketawa-ketiwi. Adegannya kayak ibu sama dua anak perempuannya aja yaa... Trus, entah bagaimana, si emaknya Eni tau-tau cerita tentang kisah-kisah cintanya Eni! Ternyata sejarahnya cukup panjang juga.

Saya baru tau kalo teman serumah ini bisa juga pacaran, huehehe… Kalo naksir dan jatuh cinta sih, semua juga ngerasain, ya, gak. Tapi pacaran, percayakah bahwa tidak semua orang berkesempatan melakukannya?

Maksud pacaran disini adalah hubungan yang sebelum menikah, yaa… Bukan pacaran sudah nikah itu.

Saya percaya. Sebab banyak sekali contohnya di sekitar saya.

Sebut saja Sari, salah satu sahabat saya. Jatuh cinta, iya. Pacaran, yah, bingung juga karena ada suatu kisah lucu saat dia bener-bener naksir dengan seorang kakak kelas, dan kita, sebagai cewek SMA yang selayaknya, jingkrak-jingkrak tiap kali si kakak itu nongol.

Kita, itu artinya lebih dari satu orang. Kita se-gank yang jingkrak-jingkrak. Termasuk saya tentunya dan maksudnya sih, buat nyemangatin temen saya itu.

Lalu pas si kakak keluar kota untuk kuliah di tempat lain, sobat saya ini mulai berani kirim-kirim, dulu sih, masih jaman surat. Sebentar. Lalu SMS. Telpon-telponan, daaan, jadian. Tanpa bertemu. Suatu hari, beberapa saat sebelum si laki itu mudik dan akhirnya mereka bertemu, sobat saya ini baru sadar bahwa ternyata si kakak laki ini salah orang.

Kok, bisa?

Entahlah!

Saya gak nanya lebih jauh saking terkejutnya dan saking herannya juga saking gak enaknya. Karena selama beberapa bulan mereka jadian itu, si kakak menyangka bahwa dia jadian sama….saya.

Nah, loh!

Bayangkan perasaan sahabat saya ini. Bayangkan perasaan saya.

Karena jadinya aneh dan gak enak, akhirnya kami, masing-masing mengambil keputusan untuk tidak membicarakannya sama sekali. Sahabat saya nampaknya sangat terpukul, lalu memilih untuk menutup dirinya dari laki-laki. Serius kuliah lulus S1 lanjut S2 kemudian bekerja sebagai peneliti. Gila banget, yaaa... Saya sempet percaya bahwa dia mungkin bener-bener menutup dirinya dari laki-laki sampai mendapat kabar bahwa dia akan menikah. Sama siapa? Dia juga gak gitu kenal calon suaminya ini.

Bisa gitu?

Bisalah! Si laki-laki ini ternyata adalah seorang rekan kerja yang tau-tau nongol main ke rumahnya minta ketemu ortunya sahabat saya, dan melamar saat itu juga. Pertimbangan dan shalat istihkarah, sahabat saya menerimanya. Dan mereka menikah, hidup tenang bersama keluarga kecil mereka sampai hari ini.

Lalu ada lagi sepupu saya, kita sebut saja Dina. Seorang gadis desa yang kuper. Yep, bahkan untuk ukuran seorang gadis desa, dia termasuk kuper. Berangkat sekolah, lalu pulang membantu ibu. Boro-boro pacaran, jatuh cinta juga kayaknya belum pernah. Yang saya tahu, tiap kali ketemu, dia masih seneng main lari-larian.

Suatu kali, sahabat ibu saya mengutarakan keinginannya untuk mencarikan jodoh buat adiknya yang kuper dan gak beranian sama cewek. Ibu saya bilang, ada sih keponakan. Baru aja lulus SMA. Coba aja ditemuin.

Ketemuan, masing-masing merasa cocok. Trus nikah. Sekarang pun hidup tenang dengan keluarga kecil mereka.

Sobat saya Kirsan, juga gak pernah pacaran seumur hidupnya. Ya tentu aja Kirsan ini akhwat dari kecil yang menjaga sekali pandangannya dan menurut keyakinannya, pacaran itu mendekati zina. Maka gak heran bukan, kalo dia gak pernah ngelirik laki-laki sama sekali.

Maksudnya tentu bukannya gak pernah ngeliat laki-laki. Saya tahu Anda paham maksud saya.

Suatu hari, beberapa tahun yang lalu, dia tau-tau digrecokin dengan SMS dari seseorang yang suka tanya aneh-aneh. Gak pernah dibales, tentu saja. Tapi lama-lama, gondok banget kayaknya tuh Kirsan. Dia lalu kirim SMS yang isinya, sediit banyak, kayak begini:

Maaf, ini siapa? Kalau tidak ada maksud apa-apa, tolong jangan ganggu saya.

Tau-tau, itu SMS dibales, yang sedikit banyak, isinya begini:

Maaf deh kalo saya mengganggu Mbak. Perlu dicatat aja ya Mbak, saya ini seorang ikhwan yang sedang mencari pendamping hidup. Saya tahu Mbak dari adik saya yang merupakan teman sekolah Mbak. Dan saya bermaksud baik untuk ta’aruf sama Mbak. Tapi kalau belum apa-apa Mbak sudah judes seperti ini, terimakasih! Saya sudah punya calon lain selain Mbak. Wassalamualaikum!

Kebayang dong, saya dan Kirsan ketawa ngakak sejadi-jadinya sampai ditegor keras oleh seorang bapak karyawan Mizan! Kami sedang belanja buku untuk perpustakaan sekolah saat itu.

Kisah itu terlupakan begitu saja sampai suatu kali, si Kirsan bilang kepada saya bahwa dia akan menikah. Seorang ikhwan datang melamar kepada orangtuanya di kampung sana. Kirsan lagsung aja tanya pedapat orangtuanya mengenai laki-laki yang datang itu dan ternyata jawabannya adalah anggukan semangat dari ayah dan bundanya. Maka Kirsan mengirim kabar ke kampung ke rumah orangtuanya bahwa jika orangtuanya setuju, maka dia setuju.

Saya rada berkedip-kedip mendengarnya. Yah, kalo masalah bagaimana cerita ikhwan-akhwat menikah sih saya sering dengar dan sering menyaksikan teman-teman saya, tapi ini kan dia sama sekali belum liat orangnya. Bagaimana bisa, sih, Kir?

Kirsan cuma jawab ringan bahwa dia percaya penilaian ayah dan bundanya. Ridho Allah kan tergantung ridho orangtua kita, AL.

Lalu, lalu… Beberapa bulan setelah pernikahan, saya diberi tahu oleh Kirsan bahwa ternyata, yah, Anda bisa menebaknya, kali! Suaminya itu ya orang yang dulu gerecokin dia itu. Orang yang dulu kirim SMS aneh itu, loh! Dan Kirsan sendiri baru tahu tepat pada hari pernikahan, beberapa menit sebelum ijab Kabul, huahaha…..

Yang saya tahu, mereka pasangan yang mesra, tuh!

Lalu yang terakhir yang ada di pikiran saya adalah Bu Rita. Guru paling cantik di sekolah, dan emang cantik banget deh ni orang, ternyata juga gak pernah pacaran sampai menikah. Tau-tau salah seorang rekan kami, Pak Guru Agama, dengan PDnya ngelamar. Karena ortunya setuju, maka Bu Rita setuju ajah. Sempet rada emosian adalah bahwa Pak Guru Agamanya langsung ngajak nikah bulan itu juga! Bayangin aja, pertama kali datang dengan PD abis ngelamar itu awal bulan, pada akhir bulan mereka sudah menyelenggarakan pernikahan. Dan selama proses itu, gak ada yang tahu bahwa mereka sudah berencana menikah. Lah orang nyaris gak bicara satu sama lain juga, sih! Tau-tau, tanpa undangan selain secara verbal gitu aja, dua hari sebelumnya, mengumumkan bahwa mereka berdua mengundang kami semua datang ke acara. Ya ampun! Sampe shok semua orang!

Kembali mengenai teman serumah saya ini, ternyata baru saja mengalami perjodohan yang gagal! Ahahaha, baru tau saya! Tapi kisahnya sendiri sih gak ngejelimet.

Seseorang datang kepada ibunya Eni, minta cariin calon buat sahabatnya yang sudah siap menikah, tapi gak punya calon. Nah, ibunya Eni ini berencana untuk ngenalin ke Eni. MASALAHNYA, si ibu ini belum sempet bilang ke Eni (atau lebih tepatnya, belum berkesempoatan untuk menyusun rencana yang cerdas), orangnya udah keburu nongol. Datang bertamu ke rumah, tepat pada saat Eni sedang ruwet banget dengan kerjaannya dan pun sedang sendirian di rumah. Saya ngakak ngebayanginnya. Si Eni yang kalo lagi ruwet itu judesnya amit-amit dan kacau balaunya amit-amit (bayangin Toph temennya Ang di Avatar The Last Air Bender yang gak kukuw penampilannya, deh!) tau-tau digrecokin sama dua orang laki-laki dateng bertamu dan tanya-tanya gak jelas.

Yaa, karena merasa terganggu, si Eni jawab pedas dan keras (ouch!). Itu membuat si cowok yang tadinya mau dikenalin jadi jiper dan ketakutan langsung menggeleng-geleng kepalanya dan pamit pulang.

Huaaaaa.... Hahkakahaka..

Bagaimana dengan kisah saya sendiri?

Cukup adil nampaknya dikatakan bahwa kisah cinta saya yang terakhir adalah hubungan- panjang, melelahkan, berlarut-larut, yang berakhir seakan pintu yang dihempaskan tepat di depan muka. Ouch lagi!



1 komentar:

  1. untuk yang mau pdkt via sms, tak kasih tau yaa..
    pertama2 jelasin: "halo mbak nama saya bla bla, dapet nomer mbak dari bla bla...dst"
    gitu
    jadi kesannya gak ganggu orang kan?
    kalo ditolak ya gentleman dong
    jangan trus melancarkan teror

    -tweet

    BalasHapus