Kamis, 31 Desember 2009

resolusi

Saat kuliah dulu, pada malam tanggal 22 Juli, saya akan duduk sendirian di kamar. Terkadang, pada keadaan yang absurd. Mematikan lampu dan hanya dengan lilin sepotong, saya membuka lembar jurnal yang saya tulis dari 23 juli sampai 22 juli tahun selanjutnya. Pada akhir halaman, saya menuliskan apa saja yang dapat saya banggakan tahun kemarin, apa saja kesalahan saya, apa yang tidak ingin saya ulangi, apa yang ingin saya ulangi lagi, dan apa yang musti diperbaiki. Yep, sebutlah saya freak karena menghabiskan malam ulang tahun dengan cara yang tidak biasa. Tidak ada kue, tidak ada ucapan selamat (karena HP saya matikan dan di depan pintu kamar tertulis 'jangan ganggu'). Diri saya sendiri, dengan waktu. Waktu yang terlewati, dan waktu yang akan datang.

Kebiasaan itu tidak lagi saya teruskan selepas kuliah. Alasannya, gak punya kesempatan. Pada tahun pertama mengajar, saya, Kirsan, Bu Lulu, dan Eni mengontrak rumah petak tiga bersama-sama. Patungan. Rumah seperti itu tanpa kamar, hanya dua pintu depan dan belakang. Ditambah jendela yang tidak dapat lagi dibuka karena karat telah memenuhi sela-selanya. Bahkan kamar mandi kami pun tidak memiliki pintu. Kami berempat tidur menggeletak di lantai di satu ruangan. Pada 22 juli malam tahun itu, saya bahkan lupa. Dan menghabiskan malam dengan menggunting-gunting dan menulis rancangan pembelajaran untuk esok hari. Maka tahun-tahun selanjutnya menghilang.

Resolusi pun bergeser, dari ulang tahun ke tahun baru. Tapi gak esklusif.

Sebenernya, saya membuat janji dan resolusi sering. Pada permulaan Ramadhan, pada idul fitri, pada 1 Muharram, dan pada tahun baru masehi. Tidak seperti dulu, dengan tulisan, tapi cukup dalam hati. Yang isinya selalu sama:

"Saya ingin jadi orang yang lebih baik"

Malam tahun baru ini saya habiskan di rumah bersama ibu, menemani dan mendengarkan curhat pajang beliau mengenai adik laki-laki yang sedang dalam masa puber. Masa ketika 'aku'nya lagi tinggi-tingginya. Lalu curhat mengenai adikku yang satu lagi yang bekerja keras tanpa dihargai. Ibu mana yang tidak sedih melihat anaknya bekerja mati-matian tapi tidak mendapat penghargaan yang pantas. Lalu nonton TV.

Sesekali jeguk laptop yang menyala tersambung internet sibuk download film.

Jalan di depan rumah yang biasanya sepi sekarang ramai motor lewat. Mencari jalan tembus melintas kampung demi menghindar macet yang gila-gilaan.

Ibu bilang, tadi, langit terang malam ini. Saya melangkahkan kaki ke depan rumah menengadah. Memperhatikan langit. Orang depan rumah, bibi saya, menawarkan ikan bakar. Saya nyengir, memperhatikan jalanan dan motor-motor yang semakin berisik. Lalu tercetus lagi kalimat yang biasa:

Saya ingin jadi orang yang lebih baik.

Tapi, saya memutuskan untuk bosan denga kalimat yang itu-itu saja. Maka, tahun ini agak berbeda, dari tahun-tahun yang lalu.

Saya ingin menjaga shalat saya, dan gak berat lagi untuk shaum sunnah, gak males-malesan tilawah. Saya ingin memulai kembali kebiasaan qiyamul lail yang selama bertahun-tahun ini kocar-kacir entah kenapa.

Saya mau lebih banyak waktu sama ibu saya, karena saya tahu ibu saya suka kesepian.

Saya mau lebih perhatian lagi sama anak-anak saya khususnya mereka yang membutuhkan lebih perhatian seperti Salman dan Sandra yang sudah gak punya ibu lagi. Saya harus berusaha lebih keras untuk membantu anak-anak sukarku keluar dari masalah mereka. Robby, Npuval, Cakra dan Sandra.

Saya mau membangun komunikasi yang lebih baik dengan OTW khususnya sama ortunya Thoriq dan Safira. Saya mau lebih tanggap terhadap keluhan-keluhan OTW mengenai saya ataupun sekolah.

Saya gamau ditegor-tegor lagi sama kepsek gara-gara terlambat ngumpulin rencana pembelajaran, atau laporan absen, atau koreksian ulangan dan tugas yang belum selesai melulu. Dan saya gak mau dimarahin lagi gara-gara itu.

Saya gamau dikeluhin lagi sama om om cleaning service gara-gara meja kerja saya selalu acak-acakan dan kadang kotor. Saya mau lebih rapih dan bersih.

Saya gamau jadi orang banyak ngeluh tentang kepentingan pribadi saya. Harus belajar untuk lebih bersyukur dan lebih ikhlas lagi.

Saya optimis, Allah akan memberi banyak kemudahan pada saya untuk mencapai itu semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar